Anggapan yang keliru ini hanya salah satu dari kesalahpahaman mengenai imunisasi. Kebenarannya adalah bahwa sebagian besar vaksin mampu mencegah penyakit yang masih ada di dunia, walaupun angka kejadian penyakit tersebut jarang. Vaksinasi masih sangat berperan penting dalam menjaga kesehatan anak. Bacalah lebih lanjut tentang imunisasi secara lebih jelas dalam uraian berikut!
Apa yang terjadi pada tubuh dengan imunisasi
Vaksin bekerja dengan mempersiapkan tubuh anak anda untuk memerangi penyakit. Setiap suntikan imunisasi yang diberikan mengandung kuman mati atau yang dilemahkan, atau bagian darinya, yang menyebabkan penyakit tertentu. Tubuh anak anda akan dilatih untuk memerangi penyakit dengan membuat antibodi yang mengenali bagian-bagian kuman secara spesifik. Kemudian akan timbul respon tubuh yang menetap atau dalam jangka panjang. Jadi, ketika anak terpapar pada penyakit yang sebenarnya, antibodi telah siap pada tempatnya dan tubuh tahu cara memeranginya sehingga anak tidak jatuh sakit. Inilah yang disebut sebagai imunitas (ketahanan tubuh terhadap penyakit tertentu).
Fakta dan mitos
Yang patut disayangkan, beberapa orang tua yang salah mendapatkan informasi mengenai vaksin memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak mereka, akibatnya risiko anak tersebut untuk jatuh sakit lebih besar.
Untuk lebih memahami keuntungan dan risiko dari vaksinasi, berikut ini beberapa mitos umum yang ada di masyarakat dan faktanya.
- Imunisasi akan menimbulkan penyakit yang seharusnya ingin dicegah dengan vaksinasi pada anak saya
- Jika semua anak lain yang berada di sekolah diimunisasi, tidak ada bahaya jika saya tidak mengimunisasi anak saya
- Imunisasi akan memberikan reaksi buruk pada anak saya
- Anak saya tidak perlu diiimunisasi karena penyakit tersebut telah dimusnahkan
- Anak saya tidak perlu diimunisasi jika ia sehat, aktif, dan makan dengan baik
- Imunitas hanya bertahan sebentar
- Fakta bahwa penelitian tentang vaksin masih terus berlanjut dan diperbaiki menunjukkan bahwa pemberiannya belum aman
Surat ijin bagi vaksin baru dikeluarkan setelah dilakukan penelitian laboratorium dan percobaan klinis, dan pengawasan keamanan tetap berlanjut walaupun vaksin telah disetujui. Telah dilakukan dan akan terus dilakukan perbaikan (misalnya seperti yang berlaku pada DtaP dan vaksin polio) yang akan meminimalkan efek samping yang mungkin terjadi dan untuk menjamin standar keamanan yang terbaik.
Informasi tambahan
Jelaslah bahwa vaksin adalah satu dari alat terbaik yang kita miliki agar anak sehat, namun keberhasilan dan program imunisasi bergantung pada ketersediaan. Anda bisa mendapatkan vaksin dengan harga murah atau gratis melalui klinik kesehatan masyarakat dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), dan pada kampanye vaksinasi anak (misal pekan imunisasi anak).
Anda dapat mengunjungi situs-situs kesehatan lain untuk mengetahui lebih lanjut mengenai vaksinasi. Sumber informasi lainnya adalah dokter anak anda. Bersama, anda dapat menjaga anak anda sehat dan ceria.
Salah Paham Mengenai Imunisasi
Timerosal mengakibatkan Autisme
Beberapa ilmuwan telah melemparkan wacana bahwa kandungan merkuri dalam vaksin merupakan penyebab autisme dan anak yang menderita autisme dianjurkan untuk menjalani terapi kelasi (chelation therapy, pemberian zat khusus sebagai upaya “mengikat” merkuri agar tidak dapat bereaksi dengan komponen sel tubuh) untuk detoksifikasi. Beberapa kasus telah dijadikan perkara hukum yang disidangkan dan beberapa pengacara menyebarkan informasi di internet untuk mendapatkan klien. Situasi ini semakin berkembang karena sampai sekarang beberapa vaksin masih mengandung timerosal, zat pengawet yang mengandung merkuri yang tidak digunakan lagi. Ada beberapa alasan mengapa kecemasan mengenai timerosal dalam vaksin sebenarnya merupakan informasi yang menyesatkan:
- Jumlah merkuri yang terkandung sangat kecil
- Tidak ada hubungan merkuri dan autisme yang terbukti
- Tidak ada alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa autisme terjadi karena sebab keracunan
(2). Pada pertengahan 2000 vaksin hepatitis B dan meningitis bakterial yang bebas timerosal tersedia luas.kombinasi vaksin difteri,pertusis, dan tetanus sekarang juga tersedia tanpa timerosal. Vaksin MMR, cacar air, polio inaktif, dan konjugasi pneumokok tidak pernah mengandung timerosal.
Sebelum adanya pembatasan, paparan maksimal kumulatif merkuri pada anak dalam 6 bulan pertama kehidupan dapat mencapai 187,5 mikrogram (rata-rata 1 mikrogram/hari). Pada formula vaksin yang baru paparan maksimal kumulatif selama 6 bulan pertama kehidupan adalah tidak lebih dari 3 mikrogram
(3). Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa batasan maksimal keduanya memiliki efek toksik (keracunan).
Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC) telah membandingkan angka kejadian autisme dengan jumlah timerosal yang ada dalam vaksin. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perubahan relatif angka kejadian antara autisme dengan jumlah timerosal yang diterima anak dalam 6 bulan pertama kehidupan (dari 0-160 mikrogram). Hubungan yang lemah ditemukan antara asupan timerosal dan beberapa kelainan pertumbuhan saraf (seperti gangguan pemusatan perhatian) pada satu penelitian saja, namun tidak terbukti pada penelitian selanjutnya
(4). Penelitian lain yang direncanakan sepertinya juga tidak akan menunjukkan hubungan bermakna.
Komite Intitute of Medicine (IOM) yang telah menyebarkan luaskan laporannya pada bulan Oktober 2001 menemukan tidak ada bukti hubungan antara vaksin yang mengandung timerosal dan autisme, ggangguan pemusatan perhatian, keterlambatan bicara dan bahasa, atau kelainan perkembangan saraf lainnya
(5)
Penggunaan terapi kelasi untuk penanganan anak yang menderita autisme sama sekali tidak berhubungan.